Halaman

Sabtu, 05 Mei 2012

Cerpen : Untuk Alamku Aku Berikan Sedikit Cinta


UNTUK ALAMKU AKU BERIKAN SEDIKIT CINTA

Pagi yang cerah untuk menggawali hari yang panjang. Berkas cahaya matahari memasuki kamar melewati celah – celah jendela, menyilaukan.  Kicauan burung bak alaram menyuruh kita untuk bergegas bangun membersihkan diri. Berjalan pelan menuju pantulan bayangan  di sudut ruanggan. Siapa itu gerangan?,  menyusuri lantai nan dingin menuju gemercik air, membasahi wajah dan mengalir melewati tubuh. Menyusuri lantai itu untuk kedua kalinya. Bayangan yang terpantul sudah jauh lebih baik.
Kenakan pakaian yang sama. Pelindung kaki hitam. Penutup aurat paling indah sudah melingkar dengan indah. Menutup cerita malam, mimpi indah. Menuruni tangga menuju cerita baru. Mengisi tubuh sebuah energi. Mengucapkan salam perpisahan, tapi aku akan kembali. Berjalan dengan senyum merekah menuju hari baru.
“ em.. mari kita lihat perlengkapan apa yang belum aku siapkan untuk acara hari ini? Oh tali,  bagaimana aku bisa lupa! Sebaiknya aku cepat bergegas sebelum bis sekolah pergi.” Bunyi klakson bis dari seberang jalan, langkahkan kaki memulai hari.
“hai kau siap belum dengan acara hari in?” suara lembut mengalun dari belakang pundakku,
 “ udah dong, tinggal tali nih! Aku bingung mau pinjem sama siapa! Kalau beli sayang cuma di pakek sekali acara ini aja...huft “ mendesah pelan.
“ aku punya pinjem tempat ku aja, nanti sore aku bawain deh.”
“ wah.. makasih ya, you are my best friend’s sak lawase.” Teriakan bahagia meluncur dengan sendirinya.
Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa sore pun datang. Ketukan pintu seorang teman, di Sebuah perjanjian. Melangkahkan kaki cepat, berpamitan. Bergegas tersenyum ramah pada seorang kawan. Menyong song perkerjaan mulia.
“ nih, aku bawain talinya.” Senyum merekah seorang kawan.
“ makasih, eh menurutmu kita akan pakai bis atau truk,ya? Kalau menurut aku sih kita bakalan pakai truk. Secara yang ikut acara ini kan Cuma 42 orang itupun kalau mereka berangkat semua, ya kan! “
“ kayaknya sih gitu, padahal ya acaranya kan bagus. Gimana nggak bagus kita bakalan camping plus penanaman pohon. Pastika seru banget, kasian temen – temen kita yang nggak ikut.”
“ em .. bener banget! “ menyutujui ungkapan mulia. Ya, acara camping dan penanaman pohon yang akan kulakukan hari ini. Berasa teman satu organisasi dan beberapa teman partisipan. Berangkat dengan truk kendaraan penggakrap diri. Br=erjalan menyusuri liukan liukan – liukan tepi gunung yang mulai gersang. Di sini lah kami akan menyumbang beberapa cinta kecil untuk alam. Turunkan para penyelamat kecil, barang dan tumbuhan sumber kehidupan. Dirikan tembat berteduh sementara. Racikan masakan sederhana untuk kebersamaan. Melingkar menjadi satu, nampan – nampan kecil untuk beberapa kelompok. Berbagi menikmati karunia Tuhan. Membersihkan diri dicucuran air kenikmatan membasahi bahu yang mulai menggencang. Berkumpul menikmati malam dengan canda dan tawa. Berbagi rizeki yang dibawa. Rasa ngantuk dan lelah terpancar dari wajah – wajah penyelamat bumi kecil. Menghilang dari tawa dan canda satu persatu, hingga senyap menikmati alam malam yang dinggin menyeruak dada.
Terbangun suara adzan dikaki bukit. Lakukan ibadah ditengah indahnya dunia. Memuja Tuhan yang tiada tara. Tuhan betapa besar nikmat yang kau berikan. Betapa indah karya alam yang kau tunjukan. Betapa beruntung, Kau masih membukakan mata dan hatikami untuk menjadi pemelihar alam yang telah kau titipkan kepada kami. Ya, Tuhan jika kami boleh berharap, janggan kau turunkan azab-MU dan murka-Mu di bumi kami ini yan Tuhan. Telah banyak dosa, khilaf dan maksiat yang kami perbuat. Tapi , Tuhan tidak perlukhawatif bukankah kau menciptakain orang – orang baik di tenggah orang – orang jahat. Yang akan mengalahkan ke sombongan dan perilaku yang tidak pantas. Orang – orang pemelihara alam, pemuji-Mu,ya Tuhan. Jadikan lah kami salah satu orang yang beruntung. Terima kasih kau tunjukan kepada kami apa yang seharusnya pemelihara alam lakukan untuk alam  yang kau berikan dan bukan apa yang seharusnya kami tidak lakukan.
Sinar matahari mengakhiri doa kami. Bergegas mengisi tenaga dan melaksanaka tugas kami di bumi nan gersang.
Chrunk...Chrunk....Chrunk....
Suara pacul kami memecah kesunyian pagi.
“ sepertinya ini akan lama! Biarkan yang putra saja yang mencangkul. Untuk yang putri bisa membawakan tenamannya, atau mengelapkan keringan!” suara kakak pembina kami yang bercanda diikuti oleh gelagak tawa yang membahana..
“ wha... kira – kira kita akan sampai mana menanamnya ya! ”
“ hwa... apa kau lelah? Lihat ternyata dia  pintar juga mencangkulnya. Benar – benar laki – laki ” celetukku membuat kami tertawa.
“ hey.. apa karena bisa mencangkul di namakan laki – laki! ” suranya ringan tanpa beban. Suara seorang teman baru yang aku kenal di acara ini.
“ setidaknya kamu tidak seperti dia!”  menunjuk seoraang teman yang sedari tadi cuma  berjalan kesana – kemari.
“ he..hahaha ” tanpa disadari, kedua temanku ini berkelakar  membahas caranya mencangkul. Sunguh payah.
“ hey...hey... sudah lah ayo kita pergi kretempat berikutnya! ” ajakku menghentikan aktivitas mereka.
“ menurutmu masih berapa lubang lagi yang harus ku cangkul? ”
“ dua ratus ”
Hahahaha
 Kami masih saja bercanda. Setidaknya jauh  lebih baik daripada suasana yang kaku. Sementara mereka asik berkelakar tak ada ujungnya. Aku berjalan untuk mengambil beberapa tumbuhan lagi. Teman – teman yang kulewati ada yang sedang mencangkul, memasukkan tumbu han kedalam lubang, mengikatnya dengan tali, membenarkan jibab yang berantakan dan kotor, ada yang membawakan minuman,, tetapi ada juga yang sedari tadi cuma liat – liat. Tapi, yabeginilah suasan yang terbentuk. Ramai.
Sifat jail temanku keluar saat melihat cacing yang gemuk di depan nya. Dia membuatku kaget hingga terjatuh kebelakang. Tidak aku sadari bahwa beberapa orang sempat melihat ke arahku dan teman – temanku. Ow.. betapa memalukannya
Acara menanamnya pun berakhir dengan sukses. Kami kembali ke tenda untuk berganti pakaian, makan dan disusul dengan acara penutupan. Saat berganti pakaian, aku jadi inggat kejadian tadi pagi. Setelah aku dan temanku bangun, kami mencari kamar mandi terdekat. Karena mataku yang sipit ditambah baru saja bangun tidur. Mataku terlihat jauh lebih kecil. Aku tak sengaja berpapasan dengan  salah satu kakak Dewan Ambalan. Ia tersenyum mengejek. Teman – temanku malah tertawa karenanya. Sunguh menyebalkan.
Hampir semua peserta sudah berganti pakaian pramuka. Kami siap untuk makan. Beberapa masakan hasil karya kakak – kakak Dewan Ambalan sudah diatur rapi diatas daun pisang yang di buar beregu. Kami mulai makan, walaupun kami harus sediki berdesakan karena regu perkelompok cukup banyak. Setelah makan acar berikutnya adalah penutupan.
Acarnya cukup lancar dan cepat tidak berbelit – belit. Tapi, ada kejadian yang membuatku sedikit malu. Hpku yang berada di saku rok jatuh. Untungnya hp itu sedang dibawa temanku. Para peserta menatap kami.
Setelah acara penutupan kami menunggu truk yang mengantar kami pulang. Disela –sela menunggu ada yang tengah asik berfoto, makan – makanan ringan  yang masih tersisa di tas dan mengobrol seperti aku dan teman – teman. Tak terasa waktu berjalan cukup cepat. Truk yang kami tumpai sudah datang. Saatnya pulang pikirku. Satu ddemi satukami menaiki truk itu. Aku hampir saja terpeleset. Setelah semuanya naik, truk kami pun berjalan meninggalkan kenangan  akan hari ini.
Sepanjang perjalanan, truk lami bergoyang ke kanan dan ke kiri. Berpegangan kuat pada pinggiran truk. Tapi, dengan santainya para pesrta laki – laki tidur dibelakang. Hya... bagaimana mereka bisa tidur. Tapi, lucu juga melihat pose mereka tidur. Aku, temanku dan teman yang baru kukenal masih sempat – sempatnya bercanda. Mengusir rasa sepi. Entah apa yang kami bicarakan, hanya beberapa hal bodoh. Tapi, jauh lebih baik daripada diam. Beberapa dari mereka terbangun. Dengan tampang aneh masing – masing. Baru saja bangun truk kami menjadi gaduh kembali.
Tak terasa jarak yang kami tempuh saat pulang begitu cepat, sudah saja memasuki area sekolah. Kami turun perlahan – lahan. Satu demi satu kami turun, para orang tua sudah menjemput, termasuk ayahku. Hampir saja aku lupa untuk membawa pulang cangkulku. Kami pun mulai menghilang satu demi satu dari sekolah.
Pengalamanku kali ini tak akan cepat aku lupakan. Sungguh menyenangkan bertemu dan berkawan dengan orang – orang baru. Sesampainya dirumah.
“ Oh tidak. Ikat pinggangku hilang.!!!” .
=tamat=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar