Halaman

Minggu, 11 November 2012

Cerpen " I beg you to hold my heart"


Aku kembali dengan cerpen baru :) sebenernya udah lama tapi baru kepikiran buat publis karena ini pnjang jadi aku buat beberapa part dan ini part pertamanya. aku mau ngejelasin nama tokohnya #karena ada temen sekolahku yang namanya sama. :/.
Pertama itu Dio : dari film DEALOVA sebenarnya awalnya Dira tapi kepencet o #padahal jauh jadi dio deh, eh ternyata disekolahku ada juga yang namanya dio awalnya mau aku ganti tapi berhubung males jadi nggak jadi deh tapi dio cocok buat disini #temenku sekolah pasti tahu. alhasil aku tetep kasih nama Dio.
Yang keduan nama tokohnya ambil bagian - bagian nama temen-temen aku dari TK sampai SMA. Karena nama mereka cocok yah bisa dibilang bagus sih sebenarnya. Tapi tetep Namaku dong. Kelamaan nggomong langsung baca aja deh. Happy Reading :)...


Hujan gerimis turun perlahan,merpati berterbangan di mana-mana . Angin yang berhembus menambah  suasana duka di hati. Hari ini tepat satu tahun kepergian Dio, rangkaian bunga matahari, bunga kesukaan Dio sudah terbungkus rapi. Walaupun sudah satu tahun Dio meninggal, Fiona tetap tidak bisa melupakan Dio, Fiona menggerti ini mungkin hal terbaik untuk Dio. Dio meninggal tepat di hari ulang tahun  Fiona karena sebuah kecelakaan.

Fiona tak bisa menahan kesedihanya,dia tersungkur jatuh di pusaran Dio, Fiona menangis.
 “Yo kenapa sih elo harus pergi, kenapa elo harus ninggalin gue sendirian disini, elo bilang elo sayang sama gue yo,kenapa elo harus pergi !!!”(isak tangis Fiona menyayat hati dua sahabatnya yang berdiri di samping Fiona).
“udah Fi,relain Dio pergi. Ini yang terbaik buat Dio,Fi !!!.” sahabatnya ini tau betul bagaimana cinta Fiona ke Dio.
“tapi gue sayang banget Ta,sama Dio.”
“gue sama Dina tau betapa besar cinta loe ke Dio, tapi ini yang terbaik buat Dio Fi, elo gak tega kan Dio kesakitan, elo ngak mau kan, elo harus relain Dio, jangan buat Dio sedih disana, biarin Dio tenang Fi.” Tita terus menguatkan temannya yang sedang bersedih.
“udah Fi, ayo kita pergi” kali ini Dina angkat bicara
Sambil beranjak pergi Fiona masih sempat menoleh, dia berkata dalam hati.
“selamat tinggal Dio, semoga elo bahagia disana, aku akan selalu sayang sama kamu”  .
@@@
Pagi hari yang indah menggawali cerita yang baru. Hari ini hari baru. Hari dimana semua murid di SMA Bakti Nusa cemas-cemas menunggu penggumuman dimana kelas baru mereka setelah perjuanggan panjang satu tahun.
“Fiona Andinyta , ah sebelas ipa dua , payah sekali ! kenapa nggak bisa masuk ipa satu sih,dasar bodoh. “ Fiona terus menggerutu atas hasil yang ia raih selama satu tahun belajar.
“hey,udah mending masuk ipa dua,gua masuk ipa empat aja udah bersyukur. Tapi tau nggak Tita masuk ips satu lho. “ Dina yang sejak tadi menunggu Fiona  sudah tak sabar untuk berkomentar.
“masak sih! Kok aku gak percaya ya.”
“kalok gak percaya tanya langsung aja ma orangnya,tuh!.” Sambil menunjuk orang yang baru saja masuk melewati lorong sekolah. “Tita sini !!!.”
“hay.” Sambil berlari kecil menuju dua sahabatnya yang masih berdiri di samping papan penggumuman.
“elo udah baikan,Fi! Eh tau nggak aku satu kelas sama Dion loh, kalian tau Dionkan”. Perasan Tita yang bahagia terpancar jelas dari kata-katanya yang menggebu-gebu. Karena keasikan,Fiona sampai lupa bertanya kenapa sahabatnya yang satu ini masuk ips.
“em...,Dion siapa sih, kuk aku nggak kenal ?.” denggan polosnya Fiona bertanya.
“aduh...itu loh Dion, dulu anak sepuluh satu,anaknya tinggi , putih , cakep , pinter lagi... kurang apa coba, tapi sayang ! dia milih ips, katanya sih mau jadi ahli sastra.”kali ini Dina yang menjawab.
“ow,yang itu toh ,aku ingget sekarang,tapi ya udah lah, eh udah dulu ya aku mau masuk kelas dulu,takut duduk paling belakang. Bye.” Fiona memang jarang duduk di belakang, dia terbiasa duduk di depan.
“oke, bye.”serentak dua sahabat itu menjawab.
@@@
Entah kenapa hari ini langit tak bersahabat rintik hujan  menghalangi hati Fiona yang sedang mencoba suasana baru. Jam pertama pelajaran adalah pelajaran  kimia, sedangkan laboratorium kimia berada di lantai dua sisi barat  kelas Fiona, memang jarak nya tidak terlalu jauh tetapi jalan menuju laboratorium kimia sanggat lapang,jadi Fiona dan teman-temannya harus rela berhujan-hujanan untuk sampai kesana. Kelas Fiona memang berhadap-hadapan denggan kelas Tita. Entah itu hanya perasaan Fiona atau Fiona saja yang terlalu pede, sejak Fiona keluar dari kelas,Dion terus memperhatikannya,tapi Fiona buru-buru membuang perasaan di benaknya itu. Kini tersisa Fiona sendiri di depan kelasnya. Tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi. Entah sejak kapan Dion sudah berada di sampingnya .
“hay...”ucap Dion lembut.
“eh hay juga...”  suara yang menggalun lembut membelai hati Fiona.
“em aku Dion,anak sebelas ips satu,kamu Fiona kan?.” Kata-kata yang keluar dari bibir Dion menghipnotis Fiona.
“iya.”
Sejenak waktu terasa berhenti suasana hening. Hanya terdenggar suara rintik hujan menerpa tanah. Perlahan-lahan tangan Fiona menggalun lembut maju membelai rintik hujan,Fiona berjalan pelan meninggalkan Dion yang sedari tadi berada di sampingnya. Dion lantas menggikuti Fiona yang sudah berjalan duluan di depannya,dibukanya jaket yang menggelantung dipundaknya, berlari mendekati Fiona, Dion menggangkat jaketnya untuk menutupi kepala Fiona.
“hay...tidak perlu nanti basah. Aku tidak apa-apa” nada suara Fiona sedikit meninggi.
Dion tak memberikan respon, Dion tetap memeganggi jaketnya, tak berpindah posisi,tak menanggapi Fiona. Akhirnya Fiona menyerah, menuruti Dion menggantarnya sampai depan laboratorium kimia.
“terima kasih...”
Dion hanya menggangguk.
“dasar aneh...” Fiona bergegas memasuki ruangan, teman-temanya hanya tertawa melihat Fiona basah kuyup,di persilahkan nya duduk  Fiona oleh Mr.Agung Henry  yang terkenal galak.
Selama pelajaran Fiona tidak bisa konsentrasi pikiran nya terus tertuju pada hal yang baru saja terjadi perasaannya gundah gulana bingung bagaimana ia harus menyikapai hal tersebut. Akhirnya Fiona memutuskan untuk melupakan apa yang terjadi hari ini. Pelajaran pun berakhir, Fiona sadar ia tidak memperhatikan pelajaran Mr. Agung Henry bukunya masih kosong, ia mendesah pelan, berfikir secara rasional Dion mungkin hanya inggin menolong, menggantarnya  agar tidak kehujanan.
Keanehan terus terjadi hari demi hari. Hari ini olahraga menjadi mata pelajaran ketiga. Fiona berjalan lesu menuju loker untuk untuk menaruh tasnya. Denggan malas Fiona membuka lokernya. Kemudian sesuatu jatuh dibawah kakinya sepucuk surat. Denggan ekspresi bingung Fiona mengambil surat yang jatuh itu,membacanya perlahan agar orang-orang disekitarnya tak menggetahui atau mendengar apa isi surat itu.

Dear Fiona
Jantungku berdetak kencang setiap kali melihatmu
Hatiku selalu mencarimu saat aku tak melihatmu
Mungkin kau tak tahu aku
tapi ...
Aku selalu ada di sini menunggu dan menjaga  mu

Fiona biasa saja, baginya itu sanggat kuno tapi ada yang membuat Fiona tersenyum, satu tangkai kecil bungga matahari ada di samping surat itu. Fiona menitikan air mata. Melihat bungga matahari itu mengingatkan Fiona akan kenangannya dengan Dio. Tapi Fiona langsung sadar dimana dia sekarang, buru buru ia menghapus air matanya. Mengunci loker,berlari menyusul temannya tak lupa ia letakan bunga matahari itu ke posisi semula. Fiona tak sadar sepasang mata sedang melihatnya, memperhatikan, dari sorot mata ia tampak binggung dan sedih. Ia berjalan melewati loker Fiona, menengok membaca nama yang tertulis.

Fiona Andintya

“tidak salah, lalu kenapa dia menanggis ?” laki-laki itu terus bertanya-tanya. Ia melamun, tak sadar ia hampir menabrak seorang  gadis.
“maaf...” ia tak sadar bahwa yang ia tabrak adalah Tita sahabat dari pujaan hatinya.
“tidak apa-apa.” Tita menjawab lembut.
“ tita ayo cepat kita harus menyelesaikan nya,kau bilang kau ada acara hari ini.” Teman Tita mengginggatkan.
“oh  iya... aku harus menggantar Fiona untuk menggirim bunga” jawab Tita, tanpa sadar kata-kata Tita barusan  membuyarkan lamunan laki-laki itu.
“oiya...bukankah hari ini hari Dio ulang tahun. Pasti sangat menyedihkan untuk Fiona”. Suasana sedih menyerbu hati orang yang mendengar.
“iya... sampai sekarangpun Fiona masih sanggat mencintai Dio, Dio pergi terlalu cepat, meninggalkan Fiona sendiri dalam kenanggan manis.” Tita sadar sejak tadi laki-laki itu terus menatapnya mendengar katanya dengan seksama tak mau melewatkan hal penting lain nya “good bye Dion, sampai ketemu dikelas.”salam Tita manja.
Ya ternyata laki-laki itu adalah Dion
Dion hanya mengangguk. Kemudian Dion baru menyadarinya kenapa Fiona menanggis hari ini.
“hari ini hari ulang tahun Dio, sepertinya Dio itu sanggat berarti buat Fiona tapi kenapa aku tak pernah melihat si Dio itu?” dalam hatinya, Dion terus bertanya-tanya. Akhirnya Dion memutuskan untuk bertanya pada Tita. Tapi apa yang harus dia katakan padanya bahwa dia menyukainya Fiona, itu tidak mungkin. Akhirnya Dion menemukan ide bagaimana ia mencari tahu tentang Dio.
Bel berbunyi memecah keheninggan,kelaspun mulai gaduh.
“Tita” Dion memanggil cukup keras hingga banyak orang yang menenggok kearah mereka , jarang-jarang Dion berbicara.
“iya ada apa “ perasaan Tita campur aduk.
“sore ini kamu ada acara nggak ? “
Tita jelas terkejut tak pernah terlintas dipikiran Tita bahwa dion menggajaknya untuk nge-date. Buru-buru  Tita menjawab “Tidak memang ada apa ?”
Dion tersenyum tak menyangka Tita akan menjawab secepat itu. Melihat Dion tersenyum membuat Tita salting .
“ oke aku tunggu di Laveant cafe jam empat, be on time.” Dion berlalu meningalkan Tita yang terbengong-bengong.
Saat Dion sudah jauh Tita tak bisa menunggu lagi ia bersorak girang “yeah....” semua mata tertuju padanya betapa malunya Tita. Tita tidak ingin memberitau kabar baik itu pada Fiona dan Dina, tak enak membatalkan janji pada Fiona. Akhirnya ia meminta tolong pada Dina untuk memberitahu Fiona bahwa ia tak bisa pergi.
“tolonglah Din,”Tita merenggek.
“tapi apa yang harus kukatakan pada Fiona?” Dina bingung.
“katakan saja aku .... ah kerumah nenek, itu saja alasannya, ok bye makasih” Tita berlalu meninggalkan Dina, tak inggin menggecewakan sahabatnya akhirnya ia pun mengiyakan.
@@@
“Kemana Tita,Din” keluar saja kata-kata dari mulut Fiona.
“Di rumah neneknya,Tita minta maaf tak bisa menemanimu,it’s ok?” jawab Dina ragu-ragu.
“Em nggak papa kok,yuk berangkat”
Dina hanya menggangguk .
Tiba di pemakaman suasana sedih nenyerbu hati. Mata Fiona nanar, air matanya menetes tak tertahan. Tapi dengan berlalunya waktu Fiona mulai tegar ia tak terlalu sedih lagi, ia sudah mengerti ini yang terbaik untuk Dio.
“Dio apa kabar, elo baik-baik ajakan, elo liat gue sekarang gak yo?” sambil menengok ke langgit “gue udah relain elo kok yo, elo bahagiakan yo, disana , gue udah bahagia kuk yo,Dina sama Tita nemenin aku jadi aku gak kesepian lagi banyak orang sayang sama aku, tapi elo nggak usah khawatir  aku akan selalu menyimpan cinta kita rapat-rapat begitu dalam sampai tak ada satu orang pun dapat menggambilnya, jadi bahagialah disana, jangan khawatirkan aku,ok. Aku pulang dulu.” Fiona meninggalkan pemakaman di ikuti Dina dibelakangnya, di tempat lain Tita tengah bahagia duduk berdua dengan si pujaan hati.
“ Em Dion,ada apa kok elo ngajak gue makan?” malu-malu Tita memulai pembicaraan.
“ memang kenapa kau tidak suka!” jawaban ketus Dion membuat Tita ngeri.
“ em.. tidak kok. Em..cuma nanya,habis kalau  dikelas kamu diem aja, kan aneh kalau kamu ngajak aku jalan kayak gini?”
“enggak lagi penggen aja.. iya gue denger tadi elo mau nemenin em siapa nama temen loe itu...” Dion mencoba agar suaranya terdenggar sedatar mungkin.
“maksud loe Fiona?”
“em iya..kayaknya elo tadi mau pergi sama dia.”
“ enggak papa kok, Fiona udah ditemenin Dina, lagian Fiona juga udah biasa kemakam sendirian.”
“ kemakam, makam siapa?”
“ makam Dio,mantan nya Fiona.”
Kata – kata Tita tadi agak menggejutkan Dion. Segera Dion merubah ekspresinya agar Tita tidak curiga.
“ kenapa meninggalnya?”
“ sakit, Fiona sayang banget ama Dio. Dio itu cinta pertama Fiona. Sudah sejak kecil Fiona menggenal Dio.” Tita menghentikan ceritanya.
“ kenapa berhenti ,cerita aja, gue suka liat elo cerita.” Kata – kata Dion membuat Tita tersanjung.
“ em..Dio itu yang membuat Fiona punya semangat untuk hidup setelah kedua orang tuanya meninggal kecelakaan, Dio menyemanggati Fiona, kalau semua orang yang meninggal yang elo sayangi akan selalu menunggumu dan senantiasa ada di dekatmu. Mereka akan menunggumu di pintu surga ketika kau meninggal nanti. Bahkan Dio memberikan cincin  untuk Fiona, Fiona  pernah bercerita waktu Fiona umur sembilan tahun, Dio memberikan cincin itu katanya..” Tita tak tahan untuk tersenyum.
“ kenapa..?"
“ katanya nanti kalau udah gede cincin ini akan Dio ganti jadi cincin yang lebih pantas, hingga Fiona begitu indah dan anggun ketika memakainya di pernikahan kita, lucu bukan. Tapi itu sanggat berarti bagi Fiona, sampai sekarang pun cincin itu masih melingkar indah di jari Fiona. Fiona sayang banget sama Dio,bagi Fiona Dio adalah cintanya yang pertama dan yang tak mungkin untuk mudah dilupakan.” Tita sampai meneteskan air mata membicarakan sahabat nya itu. Tanggan lembut Dion mengusap pipi Tita.
“ tapi seharusnya Fiona tetap bangkit cari penggantinya Dio nggak mungkin dong Fiona mau sedih terus.”
“ iya aku juga pernah ngomong gitu sama Fiona tapi Fiona malah nangis  keinget sama Dio, katanya lagi dia pengen mati aja biar ketemu orang – orang yang ia sayangi,kalau Fiona nggomong gitu aku sama Dina jadi merinding sendiri. Udah ah nggomongin Fiona kalau elo sendiri gimana?”
“ biasa aja, pulang yuk.” Beranjak pergi “elo mau pulang sendiri,apa gue antar.” Tetap cuek berjalan lurus.
“ gue, em elo antar ya!” Tita seakan mendapat durian runtuh.
“ buruan.” Motor sport Dion meninggalkan restaurant yang menjelang malam.
Hari terus berlalu Dion semakin akrap dengan Tita begitu juga denggan Fiona dan Dina. Dion sedikit demi sedikit mengetahui masa lalu Fiona. Cintanya akan Dio, kenanggan-kenanggan indahnya bersama Dio dan banyak hal yang menbuat Dion sendiri merasa agak minder untuk mendekati Fiona lagi. Tapi dilubuk hatinya Dion berjanji untuk mengobati semua luka dihati Fiona. Sikab Dion yang tersedikit berubah,membuat Tita yakin kalau Dion menyukai dirinya,tapi itu salah.
“ Fiona,elo denger belum kalau ada anak baru,imut banget orangnya,tadi aku papasan di lorong sekolah!” Dina mmbawa kabar yang sedang heboh disekolah.
“ namanya siapa Din? Cakepan mana sama Dion? Masuk kelas apa? Ah.. aku jadi penasaran!” kali ini tita angkat bicara.
“em..namanya kalau nggak salah Aditya Imam Fatih ,cakepan Aditya hehe, masuk kelas  sebelas ipa satu deket kelasnya Fiona,deket juga kekelas kamu Tit,aku iri huhu sebel dech...oiya Fin,em gue kira elo mungkin perlu tahu kalok Aditya itu mirip banget sama ...” Dina tak bisa melanjutkan kata-katanya.
Sruputt,sambil menghabiskan minuman yang dibelinya dikantin tadi. “ sama siapa?” masih menikmati minumannya.
“ehm... sama ...sama..sama...sama Dio Fi,mirip banget !”
Tumpahlah air minum yang ada ditanggannya,basahlah rok dan baju seragam yang dikenakannya. Fiona bangkit lalu berlari.
“Fi, mau kemana Fi,tunggu!” Tita memandang Dina denggan tatapan yang dasyat. “ elo itu gimana sich Din, udah tau Fiona masih sayang sama Dio,dia sedang mencoba melupakan Dio Din,elo itu gimana sich!” Tita berdiri,berlari menyusul Fiona.Dina mengikuti dibelakangnya merasa bersalah.
Fiona sudah sampai didepan kelas sebelas ipa satu,kelas Aditya . Fiona masuk begitu saja,sontak membuat grombolan yang sedang berakap-cakap itu menenggok kearah Fiona yang sebelumnya tak pernah menginjakan kaki ke kelas itu,sekarang masuk tiba-tiba menuju Aditya yang sedang duduk dikursinya. Aditya belum memalingkan wajahnya. Fiona terus berjalan sampai akhirnya Aditya memalingkan wajahnya. Benar apa yang dikatakan Dina,dia memang mirip sekali dengan Dio. Sekarang Fiona sudah berada didepan Aditya grombolan yang tadi ramai kini sunyi senyap. Tita dan Dina baru sampai dikelas ketika tangan lembut Fiona menyentuh wajah Aditya . Aditya diam saja tak menolak dan tak bereaksi,Aditya sedang bertanya-tanya siapa sich ni cewek ?.
“ Dio...,elo Diokan? Elo datang kesini buat jemput gue kan yo! Gue kangen bangget megang wajah elo kayak gini yo, elo pasti keseppian disana makanya elo datang kesini kan yo? Elo datang buat gue kan? Kok elo diem aja sich yo,elo nggak lupa sama gue kan!” Fiona masih memegangi wajah Aditya akhirnya Fiona sadar itu bukan Dio.Fiona mulai meneteskan air mata ia tersenyum kearah Aditya “maaf aku kira kamu Dio,maaf” Fiona berjalan meninggalkan Aditya yang terbengong-bengong,air mata Fiona terus mengucur deras. Fiona berpapasan denggan Tita dan Dina dipintu kelas melihat kedua temannya menangis Fiona tersenyum kearah teman-temanya “Dia bukan Dio” Fiona lalu pergi. Dina hendak mengikuti Fiona tapi dihalangi Tita “jangan, biar Fiona nenangin diri dulu sekarang dia pasti lagi pengen sendiri” Tita melangkah memasuki kelas berdiri didepan Aditya yang masih tidak percaya apa yang terjadi padanya dihari pertama masuk sekolah.
“ maafin Fiona ya ” lalu pergi.
Aditya hanya bisa mengganguk.
@@@
        Bukan Aditya kalau cuma pasrah dengan keadaan yang baru di alaminya di hari pertama masuk sekolah. Segera ia bertanya dengan teman – teman di kelas,belum cukup informasi ia mencari informasi lewat teman-teman Fiona yang sudah mengenalnya sejak kecil.
        “pertama aku harus bertanya pada Tita!”. Segera Aditya berlari menuju kelas Tita yang terletak tidak begitu jauh.
        Sementara itu, Dion yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik musuhnya ini, berlari mengejar Aditya.
        Tita yang mengerti bagaimana masalah Aditya. Bagaimana jika hari pertamamu sekolah kau sudah ditangisi seorang gadis. Pelan – pelan Tita menjelaskan tentang Fiona, Dio juga kemiripan wajah Dio dan Aditya.
        Tak jauh dari situ Dio tengah was-was mengintip apa yang dilakukan Aditya. Merasa makin terancam Dio segera berlari masuk dan mengeret tangan Tita menuju luar kelas.


....tbc....

hehe kehilangan ide mendadak. Alhasil sampai disini dulu. 
selamat Hari Pahlawan kemarin. MERDEKA ^^

dAri nggak tauk ah, yang pasti Annisah-Atul-Oce-Aku
ini sama putrinya mbkku yang kedua Aisyah 
hehe numpang nyebar  foto 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar