Aku kembali dengan cerpen baru :) sebenernya udah lama tapi baru kepikiran buat publis karena ini pnjang jadi aku buat beberapa part dan ini part pertamanya. aku mau ngejelasin nama tokohnya #karena ada temen sekolahku yang namanya sama. :/.
Pertama itu Dio : dari film DEALOVA sebenarnya awalnya Dira tapi kepencet o #padahal jauh jadi dio deh, eh ternyata disekolahku ada juga yang namanya dio awalnya mau aku ganti tapi berhubung males jadi nggak jadi deh tapi dio cocok buat disini #temenku sekolah pasti tahu. alhasil aku tetep kasih nama Dio.
Yang keduan nama tokohnya ambil bagian - bagian nama temen-temen aku dari TK sampai SMA. Karena nama mereka cocok yah bisa dibilang bagus sih sebenarnya. Tapi tetep Namaku dong. Kelamaan nggomong langsung baca aja deh. Happy Reading :)...
Hujan gerimis turun
perlahan,merpati berterbangan di mana-mana . Angin yang berhembus menambah suasana duka di hati. Hari ini tepat satu
tahun kepergian Dio, rangkaian bunga matahari, bunga kesukaan Dio sudah
terbungkus rapi. Walaupun sudah satu tahun Dio meninggal, Fiona tetap tidak bisa
melupakan Dio, Fiona menggerti ini mungkin hal terbaik untuk Dio. Dio meninggal
tepat di hari ulang tahun Fiona karena
sebuah kecelakaan.
Fiona tak bisa menahan
kesedihanya,dia tersungkur jatuh di pusaran Dio, Fiona menangis.
“Yo kenapa sih elo harus pergi, kenapa elo
harus ninggalin gue sendirian disini, elo bilang elo sayang sama gue yo,kenapa
elo harus pergi !!!”(isak tangis Fiona menyayat hati dua sahabatnya yang
berdiri di samping Fiona).
“udah Fi,relain Dio pergi.
Ini yang terbaik buat Dio,Fi !!!.” sahabatnya ini tau betul bagaimana cinta
Fiona ke Dio.
“tapi gue sayang banget
Ta,sama Dio.”
“gue sama Dina tau betapa
besar cinta loe ke Dio, tapi ini yang terbaik buat Dio Fi,
elo gak tega kan Dio kesakitan, elo ngak mau kan, elo harus relain Dio, jangan
buat Dio sedih disana, biarin Dio tenang Fi.” Tita terus menguatkan temannya
yang sedang bersedih.
“udah Fi, ayo kita pergi”
kali ini Dina angkat bicara
Sambil beranjak pergi
Fiona masih sempat menoleh, dia berkata dalam hati.
“selamat tinggal Dio,
semoga elo bahagia disana, aku akan selalu sayang sama kamu” .
@@@
Pagi hari yang indah
menggawali cerita yang baru. Hari ini hari baru. Hari dimana semua murid di SMA
Bakti Nusa cemas-cemas menunggu penggumuman dimana kelas baru mereka setelah
perjuanggan panjang satu tahun.
“Fiona Andinyta , ah
sebelas ipa dua , payah sekali ! kenapa nggak bisa masuk ipa satu sih,dasar
bodoh. “ Fiona terus menggerutu atas hasil yang ia raih selama satu tahun
belajar.
“hey,udah mending masuk
ipa dua,gua masuk ipa empat aja udah bersyukur. Tapi tau nggak Tita masuk ips
satu lho. “ Dina yang sejak tadi menunggu Fiona sudah tak sabar untuk berkomentar.
“masak sih! Kok aku gak
percaya ya.”
“kalok gak percaya tanya
langsung aja ma orangnya,tuh!.” Sambil menunjuk orang yang baru saja masuk
melewati lorong sekolah. “Tita sini !!!.”
“hay.” Sambil berlari
kecil menuju dua sahabatnya yang masih berdiri di samping papan penggumuman.
“elo udah baikan,Fi! Eh
tau nggak aku satu kelas sama Dion loh, kalian tau Dionkan”. Perasan Tita yang
bahagia terpancar jelas dari kata-katanya yang menggebu-gebu. Karena
keasikan,Fiona sampai lupa bertanya kenapa sahabatnya yang satu ini masuk ips.
“em...,Dion siapa sih, kuk
aku nggak kenal ?.” denggan polosnya Fiona bertanya.
“aduh...itu loh Dion, dulu
anak sepuluh satu,anaknya tinggi , putih , cakep , pinter lagi... kurang apa
coba, tapi sayang ! dia milih ips, katanya sih mau jadi ahli sastra.”kali ini
Dina yang menjawab.
“ow,yang itu toh ,aku ingget
sekarang,tapi ya udah lah, eh udah dulu ya aku mau masuk kelas dulu,takut duduk
paling belakang. Bye.” Fiona memang jarang duduk di belakang, dia terbiasa
duduk di depan.
“oke, bye.”serentak dua
sahabat itu menjawab.
@@@
Entah kenapa hari ini langit
tak bersahabat rintik hujan menghalangi
hati Fiona yang sedang mencoba suasana baru. Jam pertama pelajaran adalah
pelajaran kimia, sedangkan laboratorium
kimia berada di lantai dua sisi barat
kelas Fiona, memang jarak nya tidak terlalu jauh tetapi jalan menuju
laboratorium kimia sanggat lapang,jadi Fiona dan teman-temannya harus rela
berhujan-hujanan untuk sampai kesana. Kelas Fiona memang berhadap-hadapan
denggan kelas Tita. Entah itu hanya perasaan Fiona atau Fiona saja yang terlalu
pede, sejak Fiona keluar dari kelas,Dion
terus memperhatikannya,tapi Fiona buru-buru membuang perasaan di benaknya itu.
Kini tersisa Fiona sendiri di depan kelasnya. Tiba-tiba hal yang tak terduga
terjadi. Entah sejak kapan Dion sudah berada di sampingnya .
“hay...”ucap Dion lembut.
“eh hay juga...” suara yang menggalun lembut membelai hati
Fiona.
“em aku Dion,anak sebelas
ips satu,kamu Fiona kan?.” Kata-kata yang keluar dari bibir Dion menghipnotis
Fiona.
“iya.”
Sejenak waktu terasa
berhenti suasana hening. Hanya terdenggar suara rintik hujan menerpa tanah.
Perlahan-lahan tangan Fiona menggalun lembut maju membelai rintik hujan,Fiona
berjalan pelan meninggalkan Dion yang sedari tadi berada di sampingnya. Dion
lantas menggikuti Fiona yang sudah berjalan duluan di depannya,dibukanya jaket
yang menggelantung dipundaknya, berlari mendekati Fiona, Dion menggangkat
jaketnya untuk menutupi kepala Fiona.
“hay...tidak perlu nanti
basah. Aku tidak apa-apa” nada suara Fiona sedikit meninggi.
Dion tak memberikan
respon, Dion tetap memeganggi jaketnya, tak berpindah posisi,tak menanggapi
Fiona. Akhirnya Fiona menyerah, menuruti Dion menggantarnya sampai depan
laboratorium kimia.
“terima kasih...”
Dion hanya menggangguk.
“dasar aneh...” Fiona
bergegas memasuki ruangan, teman-temanya hanya tertawa melihat Fiona basah
kuyup,di persilahkan nya duduk Fiona
oleh Mr.Agung Henry yang terkenal galak.
Selama pelajaran Fiona tidak
bisa konsentrasi pikiran nya terus tertuju pada hal yang baru saja terjadi
perasaannya gundah gulana bingung bagaimana ia harus menyikapai hal tersebut.
Akhirnya Fiona memutuskan untuk melupakan apa yang terjadi hari ini. Pelajaran
pun berakhir, Fiona sadar ia tidak memperhatikan pelajaran Mr. Agung Henry
bukunya masih kosong, ia mendesah pelan, berfikir secara rasional Dion mungkin
hanya inggin menolong, menggantarnya
agar tidak kehujanan.
Keanehan terus terjadi
hari demi hari. Hari ini olahraga menjadi mata pelajaran ketiga. Fiona berjalan
lesu menuju loker untuk untuk menaruh tasnya. Denggan malas Fiona membuka
lokernya. Kemudian sesuatu jatuh dibawah kakinya sepucuk surat. Denggan
ekspresi bingung Fiona mengambil surat yang jatuh itu,membacanya perlahan agar
orang-orang disekitarnya tak menggetahui atau mendengar apa isi surat itu.
Dear
Fiona
Jantungku
berdetak kencang setiap kali melihatmu
Hatiku
selalu mencarimu saat aku tak melihatmu
Mungkin
kau tak tahu aku
tapi
...
Aku
selalu ada di sini menunggu dan menjaga mu
Fiona biasa saja, baginya
itu sanggat kuno tapi ada yang membuat Fiona tersenyum, satu tangkai kecil
bungga matahari ada di samping surat itu. Fiona menitikan air mata. Melihat bungga
matahari itu mengingatkan Fiona akan kenangannya dengan Dio. Tapi Fiona
langsung sadar dimana dia sekarang, buru buru ia menghapus air matanya.
Mengunci loker,berlari menyusul temannya tak lupa ia letakan bunga matahari itu
ke posisi semula. Fiona tak sadar sepasang mata sedang melihatnya, memperhatikan,
dari sorot mata ia tampak binggung dan sedih. Ia berjalan melewati loker Fiona,
menengok membaca nama yang tertulis.
Fiona
Andintya
“tidak salah, lalu kenapa
dia menanggis ?” laki-laki itu terus bertanya-tanya. Ia melamun, tak sadar ia
hampir menabrak seorang gadis.
“maaf...” ia tak sadar
bahwa yang ia tabrak adalah Tita sahabat dari pujaan hatinya.
“tidak apa-apa.” Tita
menjawab lembut.
“ tita ayo cepat kita
harus menyelesaikan nya,kau bilang kau ada acara hari ini.” Teman Tita
mengginggatkan.
“oh iya... aku harus menggantar Fiona untuk
menggirim bunga” jawab Tita, tanpa sadar kata-kata Tita barusan membuyarkan lamunan laki-laki itu.
“oiya...bukankah hari ini
hari Dio ulang tahun. Pasti sangat menyedihkan untuk Fiona”. Suasana sedih menyerbu
hati orang yang mendengar.
“iya... sampai sekarangpun
Fiona masih sanggat mencintai Dio, Dio pergi terlalu cepat, meninggalkan Fiona
sendiri dalam kenanggan manis.” Tita sadar sejak tadi laki-laki itu terus
menatapnya mendengar katanya dengan seksama tak mau melewatkan hal penting lain
nya “good bye Dion, sampai ketemu dikelas.”salam Tita manja.
Ya ternyata laki-laki itu
adalah Dion
Dion hanya mengangguk.
Kemudian Dion baru menyadarinya kenapa Fiona menanggis hari ini.
“hari ini hari ulang tahun
Dio, sepertinya Dio itu sanggat berarti buat Fiona tapi kenapa aku tak pernah
melihat si Dio itu?” dalam hatinya, Dion terus bertanya-tanya. Akhirnya Dion
memutuskan untuk bertanya pada Tita. Tapi apa yang harus dia katakan padanya bahwa
dia menyukainya Fiona, itu tidak mungkin. Akhirnya Dion menemukan ide bagaimana
ia mencari tahu tentang Dio.
Bel berbunyi memecah
keheninggan,kelaspun mulai gaduh.
“Tita” Dion memanggil
cukup keras hingga banyak orang yang menenggok kearah mereka , jarang-jarang
Dion berbicara.
“iya ada apa “ perasaan
Tita campur aduk.
“sore ini kamu ada acara
nggak ? “
Tita jelas terkejut tak
pernah terlintas dipikiran Tita bahwa dion menggajaknya untuk nge-date. Buru-buru Tita menjawab “Tidak memang ada apa ?”
Dion tersenyum tak
menyangka Tita akan menjawab secepat itu. Melihat Dion tersenyum membuat Tita salting .
“ oke aku tunggu di
Laveant cafe jam empat, be on time.” Dion berlalu meningalkan Tita yang
terbengong-bengong.
Saat Dion sudah jauh Tita
tak bisa menunggu lagi ia bersorak girang “yeah....” semua mata tertuju padanya
betapa malunya Tita. Tita tidak ingin memberitau kabar baik itu pada Fiona dan
Dina, tak enak membatalkan janji pada Fiona. Akhirnya ia meminta tolong pada
Dina untuk memberitahu Fiona bahwa ia tak bisa pergi.
“tolonglah Din,”Tita
merenggek.
“tapi apa yang harus kukatakan
pada Fiona?” Dina bingung.
“katakan saja aku .... ah
kerumah nenek, itu saja alasannya, ok bye makasih” Tita berlalu meninggalkan
Dina, tak inggin menggecewakan sahabatnya akhirnya ia pun mengiyakan.
@@@
“Kemana Tita,Din” keluar
saja kata-kata dari mulut Fiona.
“Di rumah neneknya,Tita
minta maaf tak bisa menemanimu,it’s ok?” jawab Dina ragu-ragu.
“Em nggak papa kok,yuk
berangkat”
Dina hanya menggangguk .
Tiba di pemakaman suasana
sedih nenyerbu hati. Mata Fiona nanar, air matanya menetes tak tertahan. Tapi
dengan berlalunya waktu Fiona mulai tegar ia tak terlalu sedih lagi, ia sudah
mengerti ini yang terbaik untuk Dio.
“Dio apa kabar, elo
baik-baik ajakan, elo liat gue sekarang gak yo?” sambil menengok ke langgit
“gue udah relain elo kok yo, elo bahagiakan yo, disana , gue udah bahagia kuk
yo,Dina sama Tita nemenin aku jadi aku gak kesepian lagi banyak orang sayang
sama aku, tapi elo nggak usah khawatir
aku akan selalu menyimpan cinta kita rapat-rapat begitu dalam sampai tak
ada satu orang pun dapat menggambilnya, jadi bahagialah disana, jangan
khawatirkan aku,ok. Aku pulang dulu.” Fiona meninggalkan pemakaman di ikuti
Dina dibelakangnya, di tempat lain Tita tengah bahagia duduk berdua dengan si
pujaan hati.
“ Em Dion,ada apa kok elo
ngajak gue makan?” malu-malu Tita memulai pembicaraan.
“ memang kenapa kau tidak
suka!” jawaban ketus Dion membuat Tita ngeri.
“ em.. tidak kok. Em..cuma
nanya,habis kalau dikelas kamu diem aja,
kan aneh kalau kamu ngajak aku jalan kayak gini?”
“enggak lagi penggen aja..
iya gue denger tadi elo mau nemenin em siapa nama temen loe itu...” Dion
mencoba agar suaranya terdenggar sedatar mungkin.
“maksud loe Fiona?”
“em iya..kayaknya elo tadi
mau pergi sama dia.”
“ enggak papa kok, Fiona
udah ditemenin Dina, lagian Fiona juga udah biasa kemakam sendirian.”
“ kemakam, makam siapa?”
“ makam Dio,mantan nya
Fiona.”
Kata – kata Tita tadi agak
menggejutkan Dion. Segera Dion merubah ekspresinya agar Tita tidak curiga.
“ kenapa meninggalnya?”
“ sakit, Fiona sayang
banget ama Dio. Dio itu cinta pertama Fiona. Sudah sejak kecil Fiona menggenal
Dio.” Tita menghentikan ceritanya.
“ kenapa berhenti ,cerita
aja, gue suka liat elo cerita.” Kata – kata Dion membuat Tita tersanjung.
“ em..Dio itu yang membuat
Fiona punya semangat untuk hidup setelah kedua orang tuanya meninggal
kecelakaan, Dio menyemanggati Fiona, kalau semua orang yang meninggal yang elo
sayangi akan selalu menunggumu dan senantiasa ada di dekatmu. Mereka akan
menunggumu di pintu surga ketika kau meninggal nanti. Bahkan Dio memberikan
cincin untuk Fiona, Fiona pernah bercerita waktu Fiona umur sembilan
tahun, Dio memberikan cincin itu katanya..” Tita tak tahan untuk tersenyum.
“ kenapa..?"
“ katanya nanti kalau udah
gede cincin ini akan Dio ganti jadi cincin yang lebih pantas, hingga Fiona
begitu indah dan anggun ketika memakainya di pernikahan kita, lucu bukan. Tapi
itu sanggat berarti bagi Fiona, sampai sekarang pun cincin itu masih melingkar
indah di jari Fiona. Fiona sayang banget sama Dio,bagi Fiona Dio adalah
cintanya yang pertama dan yang tak mungkin untuk mudah dilupakan.” Tita sampai
meneteskan air mata membicarakan sahabat nya itu. Tanggan lembut Dion mengusap
pipi Tita.
“ tapi seharusnya Fiona
tetap bangkit cari penggantinya Dio nggak mungkin dong Fiona mau sedih terus.”
“ iya aku juga pernah
ngomong gitu sama Fiona tapi Fiona malah nangis
keinget sama Dio, katanya lagi dia pengen mati aja biar ketemu orang –
orang yang ia sayangi,kalau Fiona nggomong gitu aku sama Dina jadi merinding
sendiri. Udah ah nggomongin Fiona kalau elo sendiri gimana?”
“ biasa aja, pulang yuk.”
Beranjak pergi “elo mau pulang sendiri,apa gue antar.” Tetap cuek berjalan
lurus.
“ gue, em elo antar ya!”
Tita seakan mendapat durian runtuh.
“ buruan.” Motor sport
Dion meninggalkan restaurant yang menjelang malam.
Hari terus berlalu Dion
semakin akrap dengan Tita begitu juga denggan Fiona dan Dina. Dion sedikit demi
sedikit mengetahui masa lalu Fiona. Cintanya akan Dio, kenanggan-kenanggan
indahnya bersama Dio dan banyak hal yang menbuat Dion sendiri merasa agak
minder untuk mendekati Fiona lagi. Tapi dilubuk hatinya Dion berjanji untuk
mengobati semua luka dihati Fiona. Sikab Dion yang tersedikit berubah,membuat
Tita yakin kalau Dion menyukai dirinya,tapi itu salah.
“ Fiona,elo denger belum
kalau ada anak baru,imut banget orangnya,tadi aku papasan di lorong sekolah!”
Dina mmbawa kabar yang sedang heboh disekolah.
“ namanya siapa Din?
Cakepan mana sama Dion? Masuk kelas apa? Ah.. aku jadi penasaran!” kali ini
tita angkat bicara.
“em..namanya kalau nggak
salah Aditya Imam Fatih ,cakepan Aditya hehe, masuk kelas sebelas ipa satu deket kelasnya Fiona,deket
juga kekelas kamu Tit,aku iri huhu sebel dech...oiya Fin,em gue kira elo
mungkin perlu tahu kalok Aditya itu mirip banget sama ...” Dina tak bisa melanjutkan
kata-katanya.
Sruputt,sambil
menghabiskan minuman yang dibelinya dikantin tadi. “ sama siapa?” masih
menikmati minumannya.
“ehm... sama ...sama..sama...sama
Dio Fi,mirip banget !”
Tumpahlah air minum yang
ada ditanggannya,basahlah rok dan baju seragam yang dikenakannya. Fiona bangkit
lalu berlari.
“Fi, mau kemana
Fi,tunggu!” Tita memandang Dina denggan tatapan yang dasyat. “ elo itu gimana
sich Din, udah tau Fiona masih sayang sama Dio,dia sedang mencoba melupakan Dio
Din,elo itu gimana sich!” Tita berdiri,berlari menyusul Fiona.Dina mengikuti
dibelakangnya merasa bersalah.
Fiona sudah sampai didepan
kelas sebelas ipa satu,kelas Aditya . Fiona masuk begitu saja,sontak membuat
grombolan yang sedang berakap-cakap itu menenggok kearah Fiona yang sebelumnya
tak pernah menginjakan kaki ke kelas itu,sekarang masuk tiba-tiba menuju Aditya
yang sedang duduk dikursinya. Aditya belum memalingkan wajahnya. Fiona terus
berjalan sampai akhirnya Aditya memalingkan wajahnya. Benar apa yang dikatakan
Dina,dia memang mirip sekali dengan Dio. Sekarang Fiona sudah berada didepan Aditya
grombolan yang tadi ramai kini sunyi senyap. Tita dan Dina baru sampai dikelas
ketika tangan lembut Fiona menyentuh wajah Aditya . Aditya diam saja tak
menolak dan tak bereaksi,Aditya sedang bertanya-tanya siapa sich ni cewek ?.
“ Dio...,elo Diokan? Elo
datang kesini buat jemput gue kan yo! Gue kangen bangget megang wajah elo kayak
gini yo, elo pasti keseppian disana makanya elo datang kesini kan yo? Elo
datang buat gue kan? Kok elo diem aja sich yo,elo nggak lupa sama gue kan!”
Fiona masih memegangi wajah Aditya akhirnya Fiona sadar itu bukan Dio.Fiona
mulai meneteskan air mata ia tersenyum kearah Aditya “maaf aku kira kamu
Dio,maaf” Fiona berjalan meninggalkan Aditya yang terbengong-bengong,air mata
Fiona terus mengucur deras. Fiona berpapasan denggan Tita dan Dina dipintu
kelas melihat kedua temannya menangis Fiona tersenyum kearah teman-temanya “Dia
bukan Dio” Fiona lalu pergi. Dina hendak mengikuti Fiona tapi dihalangi Tita
“jangan, biar Fiona nenangin diri dulu sekarang dia pasti lagi pengen sendiri”
Tita melangkah memasuki kelas berdiri didepan Aditya yang masih tidak percaya
apa yang terjadi padanya dihari pertama masuk sekolah.
“ maafin Fiona ya ” lalu
pergi.
Aditya hanya bisa
mengganguk.
@@@
Bukan Aditya kalau cuma pasrah dengan keadaan yang
baru di alaminya di hari pertama masuk sekolah. Segera ia bertanya dengan teman
– teman di kelas,belum cukup informasi ia mencari informasi lewat teman-teman Fiona
yang sudah mengenalnya sejak kecil.
“pertama aku harus bertanya
pada Tita!”. Segera Aditya berlari menuju kelas Tita yang terletak tidak begitu
jauh.
Sementara itu, Dion yang
sedari tadi memperhatikan gerak gerik musuhnya ini, berlari mengejar Aditya.
Tita yang mengerti bagaimana
masalah Aditya. Bagaimana jika hari pertamamu sekolah kau sudah ditangisi
seorang gadis. Pelan – pelan Tita menjelaskan tentang Fiona, Dio juga kemiripan
wajah Dio dan Aditya.
Tak jauh dari situ Dio tengah
was-was mengintip apa yang dilakukan Aditya. Merasa makin terancam Dio segera
berlari masuk dan mengeret tangan Tita menuju luar kelas.
....tbc....
hehe kehilangan ide mendadak. Alhasil sampai disini dulu.
selamat Hari Pahlawan kemarin. MERDEKA ^^
dAri nggak tauk ah, yang pasti Annisah-Atul-Oce-Aku
ini sama putrinya mbkku yang kedua Aisyah
hehe numpang nyebar foto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar